Minggu, 03 Oktober 2010

PEMBUATAN KASCING DAN TERNAK CACING MASSAL

0leh

Hamdan Akbar Notonegoro, MSi.


Pendahuluan

KASCING adalah pupuk organik yang berupa kotoran cacing yang telah dikeringkan. KASCING berasal dari sampah-sampah organik berupa sayur-sayuran, buah-buahan, daun-daunan, kotoran binatang, bangkai yang telah mengalami penguraian yang kemudian dimakan oleh cacing dan menjadi pupuk yang mengandung unsur hara yang akan meningkatkan kesuburan dan mudah diserap oleh tanaman.

Hal ini terjadi disebabkan kascing tersebut dalam prosesnya telah mengalami 2 kali proses penguraian. Yang pertama oleh bakteri, yaitu saat sebelum dikonsumsi oleh cacing. Dan yang kedua oleh cacing itu sendiri, yaitu saat berada dalam perut cacing lalu mengalami penguraian lewat proses metabolik.

Maka tidak salah kalau kemudian kita dapat mengatakan bahwa cacing adalah merupakan salah satu BioDegradable Engine.


KANDUNGAN

Kandungan yang terdapat di dalam kascing pada dasarnya bergantung dari sumber makanan cacing itu sendiri. Semakin beragam kandungan unsurnya maka akan semakin beragam pula kandungan unsur-unsur yang terdapat di dalam kascing.

Namun demikian pada umumnya, dari hasil pengujian yang dilakukan oleh sucofindo kandungan hara yang terdapat pada kascing antara lain:

N2, P2O3, K2O, Carbon organic, SO4, Cloride, Fe, Cu, Mg, Ca, Zn, Co, Mo, dan B.

Dapat pula dilihat dari tabel, keunggulan kascing dibandingkan kotoran ternak lainnya adalah sebagai berikut:








MAKANAN CACING

Pada dasarnya cacing adalah pemakan segala (omnivora). Namun demikian ada beberapa bagian bahan organik yang tidak dapat langsung dimakannya. Hal ini terjadi disebabkan kemampuan metabolisme dalam perut cacing yang terbatas.

  1. Sampah-sampah organik yang dapat dimakan oleh cacing antara lain:

1. Sampah rumahtangga yang sudah dibusukkan

2. Dedaunan kering yang sudah dibusukkan

3. Kotoran hewan yang sudah didinginkan

4. Buah-buahan yang sudah layu ataupun busuk

  1. Sampah-sampah organik yang tidak dapat dimakan oleh cacing antara lain:

· Kulit Jeruk, karena memiliki asam yang dapat mematikan cacing jadi harus benar-benar sudah busuk terlebih dahulu.

· Lemak dan minyak, sulit untuk dimakan oleh cacing karena cacing tidak memiliki enzim pengurai lemak dalam perutnya.

· Sampah yang sedang membusuk, karena mengeluarkan asam dan cenderung bersuhu agak tinggi, membuat cacing kepanasan.

Untuk mengetahui berapa banyak makanan yang dibutuhkan oleh cacing maka kita dapat menghitungnya. Perhitungan ini juga mencakup peningkatan populasi cacing yang akan berkembang biak. Perhitungannya adalah sebagai berikut:

1 kg cacing = 1kg makanan/ hari

100 ekor => 100.000 ekor/ tahun

atau

1 kg => 1000 kg/ tahun.

1 pasang cacing => 2 kokon (telur cacing)

1 kokon => 2-20 ekor cacing (rata-rata 4 ekor)

Jadi, kebutuhan makan cacing dari 1 kg/ hari menjadi 1 ton/ hari setelah satu tahun. Bisa dibayangkan, apabila kita dapat mengelolanya, insyaAllah sampah-sampah pasar yang tersisa hanyalah bahan-bahan non-organik saja yang tentunya akan lebih mudah penanganannya dikarenakan jumlahnya yang lebih sedikit.


PREDATOR DAN PENGHAMBAT

Untuk menjaga keberlangsungan ternak cacing ini maka kita perlu dengan sangat memperhatikan apa saja musuh cacing atau apa saja yang akan menghambat proses pembiakan cacing. Hal ini dilakukan agar proses produksi kascing dan cacing dapat lebih maksimal. faktor-faktor penghambat itu antara lain:

1. Predator: semut, keluwing, kelabang, tikus, kecoa, dan lain-lain.

2. Lingkungan: panas terik, media tinggal mengering, dehidrasi, dingin sekali, asam dan berair, dan lain-lain.

3. Lain-lain: garam, abu bakaran, air sabun dan deterjen,


ALAT DAN BAHAN

Dalam pelaksanaan pembuatan kascing dan ternak cacing massal ini kita perlu mempersiapkan beberapa kebutuhan. Hal-hal tersebut antara lain:

1. Peralatan yang akan digunakan:

Karung plastik

Tali rafia

Lembaran plastik lebar

Sekop

2. Bahan-bahan yang akan dipakai:

Sampah organik.

Air.

Gedebong pisang kering, serbuk gergaji, sabut kelapa dan arang sekam.

Cacing tanah 1 ember (diutamakan cacing dari pohon pisang)

Perlu diperhatikan, banyaknya karung plastik yang dibutuhkan sebanding dengan banyaknya sarang cacing yang akan dibuat. Jadi satu karung adalah satu rumah atau media tinggal.

Kemudian, arang sekam yng digunakan bukan yang sudah menjadi abu. Karena abu mengandung KOH yang cukup tinggi yang akan mematikan cacing. Lalu sampah organik yang kita gunakan sebagai pakan adalah sampah organik yang sudah mengalami pembusukan awal. Artinya sampah tersebut sudah layu, busuk sedang dan tidak panas.

ALUR PEMBUATAN

Berikut ini adalah alur sederhana pembuatan kascing dengan menggunakan sampah pasar dan sampah rumahtangga.
















Selanjutnya alur tersebut dijabarkan menjadi langkah-langkah sebagai berikut:

1. PENYIAPAN MAKANAN CACING

Sampah organik diangin-anginkan agar kadar airnya berkurang

Hasil penjemuran lalu dilayukan dengan pemberian percikan air agar lembab.









2. PEMBUSUKAN

Sampah organik dimasukkan kedalam karung plastik dan ditutup serta diikat ujung bagian atasnya.

Secara berkala sampah tersebut disirami air sambil diamati suhunya hingga terasa dingin.



3. PENCAMPURAN

Sampah yang telah dingin dipilah untuk memisahkan bagian yg masih keras.

Sampah lalu dicampur dengan media tempat bernaung cacing (bed).


4. PEMBERIAN CACING

Sampah yang tempat bernaung cacing (bed) dicampur dengan cacing.


5. PENYIMPANAN

Sampah yang telah dicampur dengan cacing kembali dimasukkan kembali kedalam karung dan disimpan.

Medium tersebut disimpan pada tempat yang teduh dan terlindungi dari sinar matahari dan hujan.

Secara berkala medium di perciki air agar terjaga kelembapannya.


6. PEMANENAN

Medium dibongkar setelah sampah organik berubah menjadi kascing.

Medium dipilah antara kascing, cacing dan kokon.

Kascing harus dijemur hingga kering untuk kemudian dikemas.

Cacing dan kokon dapat digunakan kembali atau dipisahkan untuk diambil nilai ekonomisnya.


PEMANFAATAN KASCING

Kascing yang telah dihasilkan dapat dimanfaatkan sebagai pupuk yang menghasilkan tanaman sebagai berikut..

BUNGA PENGHIAS PEKARANGAN


KANGKUNG
selamat mencoba...

Kamis, 15 Juli 2010


Belajar

Sudahkah anda belajar? Ya, belajar. Berusaha untuk mencari tahu sesuatu yang kita ingin ketahui agar dapat dimengerti dan dipahami hakikat sesuatu itu untuk kemudian diambil manfaatnya. Jadi dengan belajar ada perubahan kondisi dari sebelumnya menuju ke sesudahnya. Atau sederhananya, belajar adalah suatu proses untuk mencapai perubahan.

Belajar tidak mengenal batas waktu dan batas tempat bahkan batas usia. Belajar dilakukan terus menerus sejauh yang dapat dilakukan. Ketika di jalan, ketika di pasar, ketika di tempat tidur, ketika di atas kendaraan, ketika sedang menunggu sesuatu, ketika sedang berbicara, ketikasedang bertamu, ketika sedang dimarahi, ketika sedang disenangi, ketika sedang diancam dan terancam, ketika sedang menatap, dan ketika-ketika seterusnya.. belajar itu dilakukan. Sehingga tak luput setiap detik jengkal langkah dari usaha kita yang bernama belajar itu.

Dengan belajar yang kita lakukan maka kualitas hidup kita akan meningkat. Dimana kita menjalani hidup dengan lebih bermakna. Lebih banyak hal yang bisa kita nikmati dan ketahui. Dan banyak pula kegiatan yang dapat kita lakukan. Disitu pula banyak peluang yang mampu kita ambil dengan memenangkan persaingan yang terjadi di dalamnya.

Tidak sulit untuk belajar. Tidak butuh biaya untuk melakukannya. Yang dibutuhkan adalah kemauan. Lalu bagaimana dengan sekolah yang harus berbiaya?

Sekolah, walau identik dengan belajar, bukanlah belajar itu sendiri. Itu merupakan salah satu fasilitas untuk sarana pendukung seseorang mendapatkan suasana belajar yang meliputi gedung, bangku, meja, buku, halaman, guru, teman, dan ijazah yang menjadi penjelas bahwa orang yang memilikinya sudah pernah berada di situ dan belajar dengan cara yang berlaku di situ. Nah untuk fasilitas itu semua, ada biaya yang harus dikeluarkan yang jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan.

Nah, bagi orang-orang yang tidak ingin belajar dengan cara seperti itu, ia dapat melakukannya dengan cara yang lain. Bilapun ia ingin bukti tanda hasil belajar dan proses yang dia sudah jalani seperti yang bersekolah maka ia dapat mengambil ijasah kesetaraan. Hal itu pun tidak termasuk ke dalam biaya untuk belajar melainkan biaya untuk sebuah “pengakuan”.

Kemauan menjadi bekal utama yang harus ditumbuhkan dalam hati dan jiwa orang yang ingin belajar. Selain itu ada usaha sebagai motor penggerak dan gigih sebagai vitaminnya.

Tentunya, agar belajar menjadi lebih dinamis, jangan membatasi diri dengan satu bidang ilmu saja saja tetapi buka seluas-luasnya untuk berbagai bidang ilmu. Terutama yang bersifat baik, membangun dan memberi manfaat. Perhatikan pula koridor-koridor yang kita gunakan sebagai dasar untuk melangkah.

Selamat belajar. Jangan lupa berdoa. Dan ingatlah untuk selalu bersyukur atas apa yang kita dapatkan..